BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro
ekonomi yang dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep
yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir
dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan
dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran
konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah
pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. (Dumairy, 1996
: 114).
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi.
Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada
karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang
memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara
konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan
2
mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: (1) anggaran saya
memadai dan (2) saya memperoleh kepuasan maksimum“.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu
memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan
pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan
nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen
dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga
mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu
waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan
pendapatannya. (Sukirno, 2003 : 338)
Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi
terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi
(Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan
pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save,
MPS). Pada pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum
bagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus
dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga ini disebut pengeluaran konsumsi otonom (outonomous consumtion).
Keputusan rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku
perekonomian baik dalam jangka panjang maupn jangka pendek. Keputusan
konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya
dalam pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan Solow menunjukkan
3
bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal
dalam kondisi-mapan dan tingkat kesejahteraan ekonomi. Tingkat tabungan
mengukur seberapa besar dari pendapatan generasi sekarang disisihkan untuk
generasinya sendiri dan generasi mendatang. Keputusan konsumsi sangat
penting untuk analisis jangka pendek karena peranannya dalam menentukan
permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari GDP, sehingga
fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi
ekonomi. Model IS-LM menunjukkan bahwa perubahan dalam rencana
pengeluaran konsumen bisa menjadi sumber guncangan terhadap
perekonomian dan kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah determinan
dari pengganda atau multiplier kebijakaan fiskal.
Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam
penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu pendapatan
nasional, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah uang beredar. Seperti yang
kita ketahui bahwa pendapatan, konsumsi dan tabungan memiliki hubungan
yang erat. Tabungan merupakan pendapatan seseorang yang tidak
dibelanjakan. Tabungan sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Tingkat bunga
dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan.
Orang akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi
karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh. Pada tingkat bunga yang
rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan di bank karena mereka
merasa lebih baik melakukan pembelanjaan konsumsi dari pada menabung dan
sebaliknya apabila suku bunga tinggi orang akan senang menabung/
4
menyimpan uang di bank dengan kompensasi tingkat bunga. Perubahan
tingkat bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (Substitution Effect)
dan efek pendapatan (Income Effect). Efek substitusi bagi kenaikan tingkat
bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan
menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga
adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek
totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Bagi golongan
kaya yang mempunyai APC lebih rendah dari pada golongan miskin, kenaikan
tingkat bunga menghasilkan efek pendapatan mungkin lebih kuat dari pada
efek substitusi. Akibatnya rumah tangga cenderung menambah pengeluaran
konsumsinya. Sebaliknya bagi golongan miskin, kenaikan tingkat bunga
menghasilkan efek substitusi lebih kuat dari efek pendapatan, sehingga pada
kondisi ini rumah tangga cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secara
teoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat bunga menyebabkan
seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih sedikit.
Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum (inflasi)
menyebabkan terjadinya efek substitusi. Konsumen akan mengurangi
pembelian terhadap barang-barang yang harganya relatif mahal dan menambah
pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relatif murah.
Adanya inflasi berarti harga semua barang mengalami kenaikan dan ini akan
menimbulkan efek substitusi antara pengeluaran konsumsi dengan tabungan.
Kenaikan tingkat harga umum tidaklah berarti bahwa kenaikan harga barang
terjadi secara proporsional. Hal ini mendorong konsumen untuk mengalihkan
5
konsumsinya dari barang yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi akan
melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeri
yang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai
mata uang nasional. (Guritno, 1998 : 78-79).
Jumlah uang beredar dapat didefinisikan sebagai stok uang beredar
melalui jumlah rekening deposito yang dapat dijadikan cek (rekening koran si
bank), CD (certificate of deposit) ditambah uang kartal (currency) yang
dipegang oleh masyarakat. (Boediono, 1990 : 339). Adapun faktor-faktor atau
komponen yang mempengaruhi besarnya jumlah uang beredar adalah
perubahan dalam sektor aktiva luar negeri, sektor tagihan pada perusahaan
perorangan dan lembaga pemerintah, sektor pemerintah pusat, sektor pinjaman
berjangka dan tabungan, serta sektor lain. Sejalan dengan bertambahnya
jumlah uang beredar di Indonesia, likuiditas perekonomian indonesia juga
meningkat dengan pesat (Suparmoko, 1991: 232).
Perkembangan konsumsi masyarakat di Indonesia dari tahun 1988
sampai dengan 1997 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring dari
tahun ke tahun penduduk Indonesia selalu meningkat, kebutuhan masyarakat
atas barang dan jasa juga menunjukkan peningkatan. Pada pertengahan tahun
1997 sampai tahun 1998, konsumsi masyarakat di Indonesia mengalami
penurunan karena terjadi krisis nilai tukar rupiah yang terus mengalami
penurunan (depresiasi), yang kemudian disusul dengan krisis moneter dan
pada akhirnya berubah menjadi krisis ekonomi yang menimbulkan
konsekuensi terhadap ketidakstabilan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan
6
ekonomi terhenti bahkan sempat mengalami pertumbuhan negatif, nilai tukar
bergejolak uang beredar tumbuh tidak terkendali. Akibat krisis yang terjadi
pada pertengahan tahun 1997 adalah inflasi yang meningkat tajam pada tahun
1998 yang mencapai angka 77,63%. Dari kejadian tersebut berdampak pada
melemahnya daya beli masyarakat karena pendapatan masyarakat tetap
sementara harga-harga barang dan jasa naik. Selain itu juga tingkat suku bunga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini menimbulkan konsumsi masyarakat mengalami
penurunan, karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank
dengan kompensasi bunga dari pada konsumsi. Pada tahun 1999 laju inflasi di
Indonesia mulai terkendali. Upaya pemulihan kestabilan moneter melalui
penetapan kebijakan moneter ketat yang dibantu dengan upaya pemulihan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional mulai memberikan hasil
yang positif.
Pada tahun 2000 sampai 2002, inflasi sempat mengalami kenaikan
yang bersumber dari nilai tukar yang bergejolak karena berbagai perubahan
kondisi sosial politik yang terjadi serta meningkatnya harga BBM dan barangbarang
yang dikendalikan oleh pemerintah sehubungan dengan dikuranginya
subsidi. Suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya.
Akibat dari meningkatnya harga BBM, harga-harga kebutuhan pokok
masyarakat juga ikut naik. Pada tahun 2003 sampai tahun 2005 perekonomian
indonesia mulai membaik dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga
sehingga pengeluaran konsumsi masyarakat mulai menunjukkan peningkatan
7
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi
karena peranan sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang dipaparkan
sebelumnya, maka penyusun skripsi akan meneliti dan menganalisis faktorfaktor
yang dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia. Faktorfaktor
yang di teliti antara lain : pendapatan nasional riil, inflasi, suku bunga
deposito riil, serta jumlah uang beredar. Berdasarkan permasalahan di atas,
maka penulis mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA
TAHUN 1988 – 2005”.
1.2. Rumusan Masalah
Penelitian ini antara lain mempertanyakan:
1. Apakah variabel pendapatan nasional riil berpengaruh terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia ?
2. Apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat di
Indonesia ?
3. Apakah variabel suku bunga deposito riil berpengaruh terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia ?
4. Apakah jumlah uang beredar berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat
di Indonesia ?
8
5. Apakah pendapatan nasional riil, inflasi, suku bunga deposito riil dan
jumlah uang beredar bersama-sama berpengaruh terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh pendapatan nasional riil terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia pada tahun 1988-2005.
2. Menganalisis pengaruh Inflasi terhadap konsumsi masyarakat di
Indonesia pada tahun 1988-2005.
3. Menganalisis pengaruh suku bunga deposito riil terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia pada tahun 1988-2005.
4. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap konsumsi
masyarakat di Indonesia pada tahun 1988-2005.
5. Menganalisis pengaruh pendapatan nasional riil, inflasi, suku bunga
deposito Riil dan jumlah uang beredar secara bersama-sama terhadap
konsumsi masyarakat di Indonesia pada tahun 1988-2005.
9
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia, dan juga menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan
ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu penulis
dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di
lapangan.
2. Bagi Instansi Terkait
Penelitian merupakan syarat yang wajib bagi penulis dalam
menyelesaikan studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan
hasilnya diharapkan mampu memberikan informasi dan
penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan
permasalahan konsumsi masyarakat, dengan demikian diharapkan
dapat menentukan kebijakan dengan tepat.
3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi
banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang
sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan
memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental
mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
10
4. Bagi Pemerintah Selaku Pengambil Kebijakan
Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan terkait
konsumsi masyarakat.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tiga bagian: pertama, berisi pendokumentasian dan
pengkajian hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
pada area yang sama. Kedua, mengenai teori yang digunakan
untuk mendekati permasalahan yang akan diteliti. Landasan teori
ini berisi tori-teori sebagai hasil dari studi pustaka. Teori-teori
yang didapat akan menjadi landasan bagi penulisan untuk
melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai
judul yang penulis pilih. Ketiga, merupakan formalisasi hipotesis.
Hipotesis ini dipandang sebagai jawaban sementara atas rumusan
masalah, sehingga hipotesis yang disusun adalah merupakan
pernyataan yang menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.
11
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan tentang tiga hal. Pertama, Jenis dan
cara pengumpulan data. Kedua, definisi operasional variabel.
Ketiga, metode analiss yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam
penelitian dan analisa statistik. Dalam bab empat ini terdapat dua
bagian, yaitu tentang diskripsi data penelitian dan penjelasan
tentang hasil dan analisis.
BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari analisa yang dilakukan
dan implikasi yang muncul dari hasil simpulan sebagai jawaban
atas rumusan masalah sehingga dapat ditarik benang merah dan
implikasi dari penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Free download Klik Disini