BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Arah pembangunan pertanian adalah untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju dan efisien, yang dicirikan oleh kemampuan dalam mensejahterakan petani dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan sektor terkait dan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, terutama perekonomian rakyat karena harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat.
Peningkatan produksi pangan terutama dimaksudkan untuk penyediaan panga yang mempunyai arti penting dalam mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencapai maksud tersebut peningkatan produksi pangan tidak hanya bertumpu pada pangan pokok, tetapi peningkatan produksi tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan mendapat perhatian yang sama untuk dikembangkan.[1])
“Salah satu komoditi holkultura yang mendapat perhatian khusus adalah buah-buahan, karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh kesehatan tubuh”[2]), Permintaan konsumen terhadap buah-buahan mengalami penigkatan. keadaan ini dapat dilihat pada tahun 1997 komsumsi buah-buahan mencapai 21,28 Kg per kapita per tahun atau sebesar 65,2 persen dari jumlah yang dianjurkan sebanyak 32,6 Kg per kapita per tahun. Pada tahun 1999 meningkat menjadi 28,1 Kg per kapita per tahun dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 30,6 Kg per kapita per tahun. “Meningkatnya permintaan buah-buahan ini disebabkan oleh pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dalam makanan sehari-hari serta meningkatkan taraf hidup keluarga. “[3])
Meningkatnya komsumsi masyarakat akan buah-buahan harus ditunjang oleh peningkatan produksi dan luas panen. Ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi buah-buahan antaranya adalah :
1. Mengadakan peremajaan tanaman buah-buahan dengan varietas unggul yang sesuai dengan kondisi daerah.
2. Pembukaan lahan baru untuk usaha perkebunan buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.3)
Dengan adanya usaha peningkatan produksi ini, produksi buah-buahan mengalami peningkatan. Meningkatnya produksi buah-buahan ini berarti kebutuhan gizi masyarakat dapat terpenuhi, selain itu juga dapat membatasi impor buah-buahan serta meningkatnya pendapatan petani itu sendiri.
Daerah yang memiliki potensi terhadap komoditi itu akan lebih diusahakan pengembangannya secara intensif dan lebih diutamakan terhadap komoditi yang memiliki nilai okanomi dan gizi tinggi. Dalam usaha memenuhi buah-buahan pemerintah telah melakukan berbagai usaha peningkatan produksi. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mewujudkan desa buah-buahan yang dapat dijadikan pendorong kearah perbaikan gizi masyarakat, pemanfaatan lahan dan sekaligus memenuhi permintaan pasar.
Propinsi NTB merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki lahan potensial guna mengembangkan usaha buah-buahan, juga karena tanah dan iklimnya cocok untuk pertumbuhan buah-buahan.
Salah satu tanaman buah-buahan yang berpotensi dan mendapat prioritas untuk dikembangkan di Propinsi NTB adalah buah semangka. Tanaman buah semangka cocok untuk dikembangkan di Propinsi NTB karena tanaman tersebut termasuk tanaman daerah tropis, tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 300 meter dari permukaan laut, membutuhkan tanah dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Di samping itu tanaman semangka banyak mengandung zat gizi seperti Vitamin A, B, dan C serta rasanya enak, sehingga disukai masyarakat, yang berarti mempunyai nilai ekonomi tinggi atau menjadi komoditi yang komersial. Usahatani semangka ini dapat dikembangkan di sawah tadah hujan atau di lahan kering dimana air merupakan faktor pembatas utama. Oleh karena itu usahatani semangka cocok dikembangkan di Propinsi NTB karena lahan kering yang dimiliki cukup luas.
Usahatani semangka di Propinsi NTB baru dikembangkan di Pulau Lombok, sementara di Pulau Sumbawa belum diusahakan. Hal ini disebabkan karena Pulau Lombok merupakan daerah pertama di kembangkan komoditi buah semangka untuk Propinsi NTB. Usahatani semangka di Pulau Sumbawa sementara ini belum diusahakan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pengembangn Usahatani semangka akan dilakukan di Pulau Sumbawa mengingat lahan kering paling luas ada di pulau Sumbawa. untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel I berikut.
Tabel II. | DATA PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN SEMANGKA DI PROPINSI NTB 1999 (Ha) | |||||||
| ||||||||
No. | Kabupaten | Tahun | Pertumbuhan ( %) Tahun | |||||
1996 | 1997 | 1998 | 1999 | |||||
A | Pulau Lombok | | ||||||
| a. Kodya Mataram b. Lombok Barat c. Lombok Tengah d. Lombok Timur | 0 205 245 0 | 0 229 305 34 | 0 315 584 47 | 0 584 1560 133 | 0,00 41,77 83,13 57,62 | ||
Sumber Data : | Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II Lombok Barat dan Dati II Lombok Tengah. | |||||||
Pada Tabel I tersebut dapat dilihat bahwa dari 4 daerah yang ada di pulau Lombok areal tanam semangka terluas ada di Kabupaten Lombok Tengah yaitu seluas 1560 Ha (Lampiran II dan III) dengan tingkat pertumbuhan sebesar 83,13 persen per tahun.
Luasnya areal tanaman semangka di Kabupaten Lombok Tengah karena didukung oleh keadaan iklim, oleh karena itu Kabupaten Lombok Tengah dikenal sebagai daerah sentra produksi semangka. Umumnya petani semangka di Kabupaten Lombok Tengah menanam semangka sesudah menanam padi atau palawija untuk memanfaatkan kelembaban tanah yang masih ada selama musim hujan. Usahatani semangka di Kabupaten Lombok Tengah diusahakan di enam kecamatan dan yang terluas adalah di Kecamatan Praya Barat seluas 700 Ha (Lampiran II).
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I NTB (1992) dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan (1994) diperoleh data produksi tanaman semangka di Kabupaten Lombok Tengah mengalami kenaikan rata-rata dari 8329 Kg/ha pada MT 1991 meningkat menjadi 13,736 Kg/Ha pada MT 1992-1993 dan pada MT 1994 menjadi 15.000 Kg/ha.[4])
Produksi semangka yang tinggi ini disebabkan petani telah memanfaatkan jenis semangka unggul, baik yang berbiji maupun tanpa biji. Namun peningkatan produksi belum tentu diimbangi oleh meningkatnya pendapatan petani, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biaya produksi, tingkat teknologi yang digunakan, keterampilan petani dalam mengelola Usahataninya dan sistim pemasaran.
Pengembangan beberapa tanaman buah-buahan di Pulau Lombok umumnya ditunjukkan untuk memperbaiki produksi dan pengembangan potensi yang ada seoptimal mungkin, guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani beberapa komoditi buah-buahan (semangka). Di samping itu juga ditunjukkan untuk memenuhi permintaan beberapa komoditi buah-buahan, karena di Pulau Lombok sedang dilakukan pengembangan kawasan pariwisata. Dalam usaha peningkatan produksi, pendapatan petani dan pemenuhan permintaan beberapa komoditi buah-buahan di pulau Lombok, maka pemerintah daerah telah mengembangkan beberapa jenis buah-buahan salah satunya adalah buah semangka. Tanaman tersebut selain memiliki nilai ekonomi juga mudah untuk diusahakan.
Daerah produksi semangka di NTB khususnya di Kabupaten Lombok Tengah diusahakan oleh tujuh Kecamatan, sedangkan dua Kecamatan yaitu Kecamatan Janapria dan Pringgarata tidak mengusahakan tanaman semangka. Adapun mengenai perkembangan luas panen, produktifitas dan produksi dari sembilan kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel II :
Tabel II. | PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIFITAS DAN PRODUKSI SEMANGKA DI KABUPATEN DATI II LOMBOK TENGAH TAHUN 2000-2003 | ||||||||||
| |||||||||||
No | Kecamatan | 2000 | 2001 | 2002 | |||||||
Luas Panen (Ha) | Produktifitas (Kw/Ha) | Produksi (Ton) | Luas Panen (Ha) | Produktifitas (Kw/Ha) | Produksi (Ton) | Luas Panen (Ha) | Produktifitas (Kw/Ha) | Produksi (Ton) | |||
1. | Praya | 19 | 157,89 | 300 | 15 | 128,00 | 192 | 7 | 125,71 | 88 | |
2. | Praya Barat | 84 | 152,62 | 1021 | 55 | 125,00 | 1112 | 89 | 126,05 | 1282 | |
3. | Pujut | 53 | 159,43 | 845 | 25 | 125,65 | 314 | 19 | 125,26 | 238 | |
4. | Praya Timur | 5 | - | 70 | - | - | - | - | - | - | |
5. | Janapria | - | 140,00 | - | - | - | - | - | - | - | |
6. | Kopang | 141 | 142,20 | 2005 | 25 | 130,50 | 325 | 15 | 130,00 | 195 | |
7. | Batukliang | 5 | 156,00 | 78 | - | - | - | 5 | 120,00 | 60 | |
8. | Pringgarata | - | - | - | - | - | - | - | - | - | |
9. | Jonggat | 38 | 156,58 | 595 | 37 | 120,32 | 445 | 81 | 125,00 | 1021 | |
Total | 349 | 1064,72 | 4914 | 157 | 629,47 | 2388 | 216 | 752,02 | 2884 | ||
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II Lombok Tengah 2002. | |||||||||||
| |||||||||||
Dari Tabel II di atas terlihat bahwa produksi semangka Kecamatan Praya Barat lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi semangka kecamatan lainnya yaitu pada tahun 2000 sebesar 1021 ton, tahun 2001 sebesar 1112 ton dan pada tahun 2002 sebesar 1282 ton. Peningkatan produksi semangka ini sejalan dengan adanya perluasan areal penanaman semangka yaitu dari 84 ha pada tahun 2000 menjadi 89 Ha pada tahun 2002 atau meningkat sebesar 41,20 persen. Walaupun terjadi penurunan luas areal penanaman semangka pada tahun 2001 tetapi tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi.
Dari Tabel II di atas, maka Kabupaten Lombok Tengah tetap sebagai daerah sentra produksi semangka, khususunya kecamatan Praya Barat. Hal ini merupakan pemicu semangat petani di kecamatan lainnya untuk dapat meningkatkan hasil produksi dengan cara pemanfaatan lahan yang optimal untuk peningkatan pendapatan petani itu sendiri. Pada musim tanam 2002 tanaman semangka masih menjadi prioritas utama tanaman holtikultura selain tanaman cabe yang memberikan penghasilan terbesar dengan luas areal penanaman sebesar 280 Ha, luas lahan yang ditanami padi adalah seluas 21,781 Ha, yang ditanami palawija seluas 25,097 Ha dan tanaman holtikultura seluas 994 Ha, jadi masih ada areal penanaman yang belum dimanfaatkan yaitu seluas 5,592 Ha.
Peningkatan produksi dapat melalui pola intensifikasi yang menggunakan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal pada arel penanaman yang diusahakan, untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar. Sementara itu produksi dengan pola ekstensifikasi adalah perluasan pada lahan yang dimiliki, yaitu pembukuan areal penanaman baru pada potensi areal yang dimiliki. Sedangkan peningkatan produksi dengan pola rehabilitasi adalah perbaikan kembali pada lahan yang dimiliki, teknik produksi pengolahan lanjut, pemasaran maupun alat-alat yang digunakan pada proses produksi. Potensi luas lahan tanaman semangka di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III. | POTENSI LUAS LAHAN TANAMAN SEMANGKA DI KABUPATEN LOMBOK MT TAHUN 2002 (Ha). | |||
| ||||
No | Kecamatan | Potensi Lahan | Prosentase (%) | |
1. | Praya | 9.798 | 18,33 | |
2. | Praya Barat | 10.346 | 19,35 | |
3. | Pujut | 6.875 | 12,86 | |
4. | Praya Timur | 6.537 | 12,23 | |
5. | Janapria | 5.255 | 9,83 | |
6. | Kopang | 3.065 | 5,73 | |
7. | Batukliang | 4.032 | 7,54 | |
8. | Pringgarata | 2.559 | 4,78 | |
9. | Jonggat | 4.997 | 9,35 | |
| Total | 53.464 | 100,00 | |
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II Loteng | ||||
Dari Tabel III di atas dapat diketahui bahwa kecamatan yang mempunyai luas areal penanaman paling besar adalah kecamatan Praya Barat seluas 10346 ha atau sebesar 19,35 persen dari potensi lahan di Kabupaten Lombok Tengah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimanakah prospek pengembangan usahatani semangka dalam artian memberikan manfaat finanansial yang cukup layak bagi petani semangka di Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah “
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan komoditi buah semangka di Kabupaten Lombok Tengah.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
1.5.1. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kebulatan Studi Program Strata Satu (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram.
1.5.2. sSebagai bahan informasi bagi petani dalam mengembangkan usahatani buah semangka dan juga sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang berminat pada masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.4. Hipotesa
Bertitik tolak dari latar belakang, perumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
“Diduga bahwa prospek usahatani semangka di Kabupaten Lombok Tengah memberikan manfaat finansial yang layak bagi petani semangka di Kabupaten Lombok Tengah “
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Metode Penelitian Yang Digunakan.
Metode Penelitian Yang Digunakan adalah metode disksiptif yaitu gambaran atu lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian ini akan mendiskripsikan berbagai fenomena yang dihadapi oleh petani buah –buahan khususnya mengenai prospek pengembanganya sehingga dapat memberikan tingkat kelayakan untuk pengembangannya pada masa yang akan datang dengaaan cara menganalisis kemudian menarik kesimpulan terhadap masalah tersebut .
1.5.2. Daerah / Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dikaKabupaten Lombok Tengah pada musim tanam 2002. Dari sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dipilih satu kecamatan secara sengaja ( purposuve sampling ).
Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Praya Barat dengan pertimbangan memiliki areal penanam semangka terluas (Lampiran III) Kecamatan Praya Barat memiliki lima belas desa yang enam desanya mengusahakan semangka. Dari enam desa tersebut, dipilih tiga desa sampel yaitu Desa Penujak, Desa Batujai dan Desa Mangkung secara purposive sampling dengan pertimbangan memiliki jumlah petani semangka (Lampiran IV).
Kabupaten Lombok Tengah secara geografis teletak antara 1150 46’ – 1150 45’ Bt dan 80 12’ - 90 1’ LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Lombok Tengah meliputi :
Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Timur
Luas Kabupaten Lombok Tengah adalah 1219,95 km2 yang secara administratif dibagi dalam sembilan kecamatan dan enam puluh enam desa. Kabupaten Lombok Tengah termasuk daerah beriklim tropis, dengan bulan kering lebih lama daripada bulan basah yaitu tujuh bulan untuk bulan kering dan lima bulan untuk bulan basah. Musim hujan terjadi antara bulan November sampai bulan Mei dan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan bulan Oktober.
Enam kecamatan dari sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah merupakan daerah kritis yang sering mengalami gangguan iklim (kekeringan). Kecamatan tersebut adalah kecamatan Praya, Praya Barat, Praya Timur, Janapria dan Kopang.
Sumber air Kabupaten Lombok Tengah terdapat di daerah utara Pringgarata, tetapi sebagian besar mengalir ke wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur. Hal ini menyebabkan sulitnya pengairan untuk daerah Lombok Tengah bagian selatan. Debit air total pada musim hujan sekitar 2.637 liter/detik. untuk mengatasi kesulitan air di daerah bagian selatan tersebut maka pemerintah bersama masyarakat membangun sarana pengairan atau irigasi baik berupa waduk, embung, dan lain-lain.
Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2001 adalah 718.955 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 587 / km2. Berdasarkan Perpu No.56 tahun 1960, maka Kabupaten Lombok Tengah tergolong sangat padat.
Sebagian besar (420.823 jiwa atau sebesar 62,0 persen) penduduk Kabupaten Lombok Tengah bekerja pada sektor pertanian dalam arti luas. Sisanya bekerja pada sektor lain seperti pertambangan dan penggalian sebesar 0,46 persen; keuangan, asuransi dan usaha pengawasan sebesar 0, 37 %; sektor bangunan 3,50 %; sektor angkutan dan komunikasi 2,7 % serta jasa kemasyarakatan sebesar 5,90 %.
Luas lahan sawah yang digunakan untuk lahan pertanian tanaman pangan di Kabutapen Lombok Tengah adalah seluas 53.464 Ha, yang terbesar diseluruh kecamatan dan didominasi oleh lahan sawah tanda hujan (19.852 Ha. atau sebesar 38,52 persen). Sisanya berupa lahan irigasi teknis seluas 17.448 Ha., irigasi setengah teknis 13.531 Ha dan irigasi sederhana seluas 700 Ha.
Kecamatan Praya Barat terletak pada ketinggian 100 m di atas permukaan laut. Batas–batas wilayah kecamatan Praya Barat adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Praya dan Kecamatan Jonggat
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kecamatan Sekotong Kab. Lombok Barat.
Sebelah Timur : Kecamatan Pujut .
Kecamatan Praya Barat dan ibu kotanya Penujak memiliki luas wilayah 586,70 m2 terdiri dari lima belas desa; yang daerahnya sebagian besar merupakan daerah kritis yang merupakan daerah Montong Sapah, Desa Kateng, Desa Mangkung, Desa Bonder, Desa Kabul, Desa Setanggor, Desa Pelambik, Desa Ranggagata, Desa Ungga, Desa Dareq, Desa Penujak, Desa Batujai, Desa Selong Belanak, Desa Makarsar, dan Desa Banyu Urip.
Lahan sawah yang dimiliki oleh penduduk umumnya merupakan lahan sawah tadah hujan yang panennya satu kali dalam setahun. Untuk mengatasi hal ini pemerintah membangun dua buah bendungan yang berlokasi di desa Batujai dan di Desa Pelambik Dengan adanya bendungan tersebut maka petani dapat panen dua atau tiga kali dalam setahun.
Untuk daerah penelitian, dari lima belas desa yang ada kecamatan Praya Barat dipilih tiga desa sebagai desa sampel yaitu desa Batujai, desa Penujak dan desa Mangkung. Untuk mengetahui keadaan masing-masing daerah penelitian dapat dilihat (Lampiran IV). Desa Penujak merupakan desa yang terluas wilayahnya, namun jumlah dan kepadatan penduduknya lebih kecil jika dibandingkan dengan Desa Batujai dan Desa Mangkung
1.5.3. Cara Penggumpulan Data.
Dalam penelitian ini metode penggumpulan data yang dipergunakan adalah metode sampel survey yaitu metode yang mengambil hanya sebagaian dari populasi yang ada dan diharapkan dari sampel responden tersebut dapat mewakili keadaan populasi.
1.5.3.1. Penentuan Responden
Petani yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah petani semangka. Petani responden ditentukan secara kuota sampling yaitu dengan menetapkan sebanyak sepuluh petani sampel sehinga berjumlah 30 orang, selanjutnya penentuan responden pada masing-masing desa dilakukan secara random sampling.
1.5.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakuan dengan cara:
1.5.4.1. Wawancara (intervieu) yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
1.5.4.2. Dokumentasi yaitu mencatat data yang diperoleh dari beberapa instansi yang berhubungan dengan penelitian.
1.5.4.3. Study Kepustakaan yaitu dengan mencatat dari beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian.
1.5.4. Jenis Dan Sumber Data.
1.5.4.1. Jenis Data.
1.5.5.1. Data Kuantitatif.
Yaitu data yang berupa angka yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan selanjutnya akan dimasukkan dalam alat analisa yagn digunakan.
1.5.5.2. Data kualitatif.
Yaitu data yang berupa keterangan-keterangan atau catatan yang dapat mendukung dalam pekerjaan data kuantitatif.
1.5.4.2. Sumber Data.
1.5.5.1. Data Primer.
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang meliputi edintitas responden, luas lahan usahatani, produksi usahatani dan biaya usahatani
1.5.5.2. Data Sekunder.
Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian.
1.5.5. Prosedur Analisis.
1.5.5.1. Analisis Pendapatan.
Usaha mengetahui tingkat pendapatan bersih atau Net Revenue dari usahatani semangka di Kabupaten Lombok Tengah digunakan analisis penerimaan adalah sebagai berikut :
I = TR – RC
Keterangan :
I = Income atau pendapatan (keuntungan).
TR = Toyal Revenue (total penerimaan).
TC = Total ekspenditure (total pengeluaran).[5])
1.5.5.2. Analisis Kelayakan (Efesiensi Usaha).
1.5.5.2.1. Perhitunga Atas Dasar Total Profit.
Perhitungan atas dasar total profit yaitu pada tahun 2002 dengan membandingkan apakah total profit berada diatas atau dibawah inflation rate (%) harus dihitung tingkat keuntungn (profile rate dalam %) guna mengetahui apakah usaha tani semangka layak dikembangkan pada tahun yang bersangkutan. Adapun perhitungannya diperoleh dari :
1.5.5.2.2. Efisiensi Usahatani Semangka
“Efiseensi usahatani semangka tergantung dari ratio antara besarnya penerimaan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk mengetahui tingkat efisiensi B/C Ratio digunakan rumus sebagai berikut :
Kriteria pengujian :
semangka layak
untuk dilaksanakan.
semangka tidak layak
untuk dilaksanakan.[6])
[1]) Dinas Pertanian Tanaman Pangan NTB, (1990), Hal 6.
[2]) Kasryno F, Strategi Defersifikasi Produksi dan pangan, Prisma LP3ES Edisi V, Jakarta (1993),
Hal 90-92.
[3]) Sunarjono, H. pengenalan Jenis Tanaman Buah-buahan dan Bercocok Tanam penting di
Indonesia, Sinar Baru Bandung (1985), Hal 209.
[4]) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I NTB, Laporan Tahun (1990)
[5]) Boediono, Dr. Ekonomi (Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1). PBFE Yogyakarta
(1986), hal 89
[6]) Dirjen Pertanian Tanaman Pangan, Analisa Usahatani Holtikultura (1995), Hal 98.