PENDAHULUAN
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di propinsi
Daerah Istimewa Jogjakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah
kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km² atau sekitar 46,63% dari luas wilayah
propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Secara geografi kabupaten Gunungkidul
terletak pada 1100 21' sampai 1100 50' bujur timur dan 70 46' sampai 80 09'
lintang selatan. Wilayah kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 kecamatan
dan 144 desa, salah satunya adalah desa Hargosari, kecamatan Tanjungsari yang
berada di wilayah paling selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan bagian ekosistem karst yang
terbentang sepanjang perbukitan Gunungsewu mulai dari kabupaten Kebumen
Jawa Tengah hingga Pacitan Jawa Timur.
Dengan melihat letak geografi, ekosistem, dan kenyataan yang ada
wilayah kabupaten Gunungkidul pada umumnya dan desa Hargosari pada
khususnya merupakan wilayah yang sering mengalami krisis air bersih walaupun
memiliki curah hujan cukup tinggi. Hal ini disebabkan sifat batuan karst yang
sangat mudah menyerap air hujan, dan pada lapisan bawah permukaan
membentuk alur aliran sungai bawah tanah.
Untuk masyarakat pedesaan terutama di daerah pengunungan karst seperti
di wilayah desa Hargosari memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan sumber
air tanah kemungkinannya sangat kecil. Di Gunungkidul banyak terdapat sungai
bawah tanah, tetapi untuk memanfaatkan airnya diperlukan biaya yang besar dan
teknologi yang tinggi.
Sumber air di desa Hargosari sampai saat ini berasal dari tiga macam yaitu
: air dari jaringan PDAM, embung atau telaga dan air hujan yang ditampung
melalui atap rumah kedalam bak-bak penampungan. Secara kuantitas dari ketiga
sumber air tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan air bagi masyarakat
2
2
Hargosari secara merata, walaupun selama ini masyarakat Hargosari juga
mendapatkan air bersih dengan membeli air dari tangki-tangki penjual air yang
dijual keliling. Secara ekonomis banyak masyarakat yang sangat keberatan jika
harus membeli air dari tangki-tangki penjual air karena harganya yang mahal
terutama kalangan ekonomi lemah. Berbeda dengan masyarakat yang mampu dari
segi ekonomi mereka membuat bak penampungan air hujan yang besar untuk
menampung air hujan sehingga tidak mengeluarkan dana yang lebih besar lagi
untuk membeli air tiap tahunnya.
Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses
kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk
tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu
berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan uap air oleh angin
menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi
tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas dan senyawa lain yang ada di
udara. Karena itulah, air hujan mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa
yang terdapat dalam udara. Jadi, kualitas air hujan akan banyak dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya.
Pemanenan air hujan ( rainwater harvesting ) sudah banyak dilakukan
sejak lama khususnya dipedesaan dimana sumber air lainnya yaitu air tanah tidak
mencukupi, atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan
selama musim kemarau panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan
air hujan yang mengucur dari atap rumah. Untuk skala besar pemanenan air hujan
dapat dilakukan di daerah tangkapan air. (Suripin, 2002). Bahkan di Palestina dan
Greece (Yunani) pemanenan air hujan sudah dilakukan sejak 4000 tahun yang
lalu. (Torres, www.oas.org).
3
3
Sebagai bahan kajian adalah data curah hujan tahunan di wilayah
kecamatan Tanjungsari selama 20 tahun terakhir :
Tabel 1. Data curah hujan kecamatan Tanjungsari
Tahun Curah hujan tahunan(mm) Bulan basah Bulan kering
1988 2327 6 6
1989 2741 9 3
1990 2414 8 4
1991 1676 5 7
1992 5121 9 3
1993 3039 6 6
1994 3139 5 7
1995 5954 9 3
1996 3332 7 5
1997 1986 6 6
1998 5140 10 2
1999 2441 6 6
2000 2892 6 6
2001 2641 7 5
2002 1351 5 7
2003 1982 5 7
2004 1436 6 6
2005 1450 5 7
2006 1640 4 8
2007 1615 6 6
Jumlah 54317 130 110
Rata-rata 2715,85 6,5 5,5
Sumber : Dinas pertanian kabupaten Gunungkidul tahun 2008
Menurut klasifikasi iklim metode Schmidt – Ferguson dengan
membandingkan rara-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah, maka kabupaten
Gunungkidul masuk tipe D