PENDAHULUAN
Semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal atau investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan semacam itu dikatakan bahwa pemodal tersebut menghadapi resiko dalam investasi yang dilakukannya. Pada situasi ketidakpastian pemodal hanya bisa mengharapkan tingkat resiko yang akan muncul. Mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Ketidak pastian atau resiko investasi tersebut diukur dengan penyebaran nilai tingkat keuntungan di sekitar nilai tingkat keuntungan yang diharapkan. Ukuran penyebaran ini adalah deviasi standar atau Variace. Karena itu resiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan.
Para pemodal akan melakukan diversifikasi investasi agar dapat mengurangi resiko yang akan mereka tanggung. Mereka mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka. Dengan kata lain, mereka membentuk porofolio. Jadi portofolio tidak lain adalah sekumpulan kesempatan investasi dengan tujuan untuk menurunkan tingkat resiko.
Penurunan tingkat resiko akan efektif jika saham – saham yang membentuk portofolio tersebut mempunyai koefisien korelasi yang rendah. Dengan membentuk portofolio bisa diperoleh suatu kombinasi yang
2
mendominir saham tertentu. Artinya, bisa diperoleh suatu investsi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan resiko yang lebih rendah, atau dengan resiko sama memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Portofolio yang mempunyai karakteristik seperti itu disebut sebagai portofolio yang efisien atau efficient frontier.
Setiap portifolio yang terletak pada efficient frontier, merupakan portofolio yang efisien, sehingga tidak bisa mengatakan portofolio mana yang terbaik. Karena bagaimana juga para pemodal pada akhirnya harus memilih salah satu dari berbagai portofolio tersebut. Untuk memilih portofolio – portofolio tersebut tergantung pada preferensi resiko para pemodal.
Walaupun portofolio akan mengurangi resiko, tetapi selama investasi – investasi tersebut tidak mempunyai koefisien korelasi dengan tingkat keuntungan yang negatife sempurna, maka pemodal tidak akan bisa menghilangkan fluktuasi tingkat keuntungan tersebut. Dengan kata lain, semakin bertambah jenis saham dalam suatu portofolio, semakin kecil fluktuasi tingkat keuntungan, yang diukur dari deviasi standart portofolio tersebut. Meskipun demikian, deviasi standart ini tidak bisa mencapi nol. Artinya, meskipun jumlah jenis saham yang membentuk portofolio tersebut ditambah, kita selalu dihadapkan pada suatu resiko tertentu. Resiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi ini disebut sebagai resiko sistematis. Sedangkan resiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai resiko yang tidak sistemstis.
3
Karena itu ada sebagian resiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi (resiko tidak sistematis), maka dalam suatu portofolio ukuran resiko sekarang bukan lagi deviasi standart, tetapi hanya resiko yanbg tidak bisa dihilangkan dengan deversifikasi, mereka hanya akan berminat terhadap pengaruh masing – masing saham pada resiko portofolio mereka.
Jika seseorang ingin mengetahui sumbangan suatu saham terhadap resiko suatu portofolio yang dideversifikasi secara baik, maka bukanlah harus melihat seberapa resiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi haruslah diukur resiko pasarnya, yang berarti mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan – perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan – perubahan pasar biasa disebut sebagai Beta.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan pasar modal yang sedang berkembang yang perdagangannya jarang terjadi atau disebut juga dengan pasar yang tipis (thin market). Salah satu konsekuensi thin market adalah terjadinya perdagangan yang tidak sinkron. Hal ini berakibat pada Beta yang bias, sehingga perlu dilakukan koreksi
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengoreksi Beta bias adalah metode Scholes dan Williams, Dimson, Fowler dan Rorke, yang menghitung beta dengan menggunakan periode maju (lead) dan periode mundur (lag) dengan hasil nilai rata – rata beta setelah dikoreksi mendekati nilai satu.
4
Oleh karena itu konsep Beta hingga saat ini merupakan konsep yang sangat penting dalam manajemen portofolio. Peran Beta dalam manajemen portofolio pada dasarnya dibagi menjadi tiga peran utama, yaitu
1. Meramalkan risiko sistematis portofolio.
2. Ukuran risiko sistematis yang terjadi (realized market risk).
3. Meramalkan return yang diharapkan dari suatu portofolio.
Dengan dasar itulah maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti kejadian diatas. Untuk itu penelitian ini bersifat replikasi dengan mengambil judul
“PENGARUH ASSET GROWTH, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002 – 2004”.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan berdasar pada latar belakang diatas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Apakah asset growth berpengaruh terhadap Beta saham sesudah koreksi?
2. Berapa besar tingkat pengaruh asset growth terhadap Beta saham sesudah koreksi?
3. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap Beta saham sesudah koreksi?
5
4. Berapa besar tingkat pengaruh debt to equity ratio terhadap Beta saham sesudah koreksi?
5. Apakah return on equity berpengaruh terhadap Beta saham sesudah koreksi?
6. Berapa besar tingkat pengaruh return on equity terhadap Beta saham sesudah koreksi?
7. Apakah earning per share berpengaruh terhadap Beta saham sesudah koreksi?
8. Berapa besar tingkat pengaruh earning per share terhadap Beta saham sesudah koreksi?
9. Apakah asset growth, debt to equity ratio, return on equity dan earning per share berpengaruh secara bersama – sama terhadap Beta saham sesudah koreksi?
10. Berapa besar tingkat pengaruh asset growth, debt to equity ratio, return on equity dan earning per share terhadap Beta saham sesudah koreksi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui berapa besar tingkat pengaruh asset growth, debt to equity ratio, return on equity dan earning per share terhadap Beta saham sesudah koreksi.
6
1.3.2 Manfaat penelitian.
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada investor, calon investor dan perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Beta saham sesudah koreksi sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi.
2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu media untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama ini, dengan demikian penulis dapat mengetahui perbedaan dan membandingkan antara teori yang telah dipelajari, bagaimana menerapkannya dan fakta yang terjadi di lapangan.
1.4. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan.
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika pembahasan.
BAB II Landasan Teori.
Bab ini berisi tentang teori-teori yang menjadi dasar pemecahan masalah yang dihadapi antara lain tentang, Pengertian Beta saham, faktor – faktor yang mempengaruhi Beta saham, Penelitian terdahulu dan hipotesis.
7
BAB III Metode Penelitian.
Bab ini berisikan tentang variabel yang dipakai dalam penelitian, pemilihan sampel, data-data penelitian, sumber pengumpulan data, metode pegumpulan data dan rancang pengujian hipotesis serta pernyataan hipotesis.
BAB IV Analisa Data.
Bab ini membahas tentang deskripsi hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, pengujian dan analisis hipotesis.
BAB V Kesimpulan Dan Saran.
Dalam Bab ini dipaparkan kesimpulan-kesimpulan dari seluruh bahasan penulisan.