BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengadakan invasi ke India,[1] dimulai dengan penyerbuan Dinasti Ummayah 711-713 M,[2] dilanjutkan oleh Dinasti Ghazni (962-1186 M),[3] dan Ghuri (1186-1206 M)[4], barulah berdiri kesultanan Delhi (1206-1526).[5] Kesultanan ini dimulai oleh Awal Kekuasaan Turki (1206-1290 M)[6], Dinasti Khalji (1290-1320 M), Dinasti Tughluq (1320-1414), Dinast Sayyid (1414-1451 M), dan Dinasti Lodi (1451-1526 M). Dinasti ini berakhir karena kematian Ibrahim Lodi II dalam peperangan melawan Babur.[7] Dengan kemenangannya Babur[8] mendirikan kerajaan Mughal untuk pertama kalinya. Kondisi India saat itu terpisah-pisah dalam beberapa propinsi yang berdaulat. Daerah-daerah itu belum seluruhnya ditundukkan oleh Babur, sebab meninggal pada tahun 1530 M. Ia digantikan putera pertamanya, Humayun. Keadaan kacau tersebut, diperburuk dengan pembagian wilayah kepada saudara-saudaranya, Kamran, Hindal, dan Askari.[9] Sementara Humayun memerintah dalam kondisi labil, Sher Shah pemimpin dari suku Afghan telah merebut Bihar dan Bangla di wilayah Timur.
Sher Shah dapat dengan mudah mengalahkan dan mengusirnya dari India,[10] karena tidak adanya dukungan yang kuat dari saudara-saudaranya. Setelah kemenangannnya yang gemilang 1539 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai sultan baru dengan mendirikan Dinasti Sur. Meskipun dinastinya hanya merupakan intervensi masa transisi sejarah India, akan tetapi mampu meninggalkan lembaran sejarah yang patut dicatat dengan tinta emas.
Kebijakan Sher Shah sangat menakjubkan dan tak kunjung hilang menjadi sebuah landasan bagi kebesaran dinasti selanjutnya, Mughal. Pada kenyataannya antara Sher Shah dan Akbar sering dipertentangkan mengenai siapa yang pertama-tama membangun India. Hal ini menjadi pilihan yang sulit bagi para penulis sejarah, jika saja Sher Shah dapat hidup lebih lama, maka kebesaran Mughal tidak akan muncul dalam hitungan sejarah.[11]
Fondasi yang ia bangun mengantarkan Akbar berhasil memimpin Dinasti Mughal menjadi peradaban yang spektakuler India. Ia memerintah hanya selama lima tahun, akan tetapi mampu membangun pemerintahan yang kokoh di India. Kebesaran negara dibangun atas kebijakan yang moderat, toleran, inklusif, sesuai dengan kondisi masyarakat India yang pluralistik dan sentralistik.[12]
Sher Shah adalah salah satu figur terbaik di India pada zaman pertengahan[13] dan seorang yang cakap memerintah. Perpaduan antara kecerdasan yang luar biasa dan kejelian sebagai negarawan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan penguasa. Ia melakukan pembaruan besar-besaran di segala bidang yang sistemnya merupakan perkembangan alamiah dari sistem tradisi lama yang diperuntukkan rakyatnya, serta kokohnya dinasti yang dipimpinnya.
Sher Shah sebagai pribadi dan sebagai seorang raja mampu menciptakan moralitas dan loyalitas terhadap rakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian teori poltiknya bertujuan menciptakan sebuah tatanan sosial yang mengantarkan manusia sejalan dengan perintah-perintah Allah dengan meningkatkan kebajikan moral dalam otoritas pemerintahan.[14] Sher Shah mewujudkan prinsip-prinsip egaliter, dalam kehidupan India yang kosmopolitan, merupakan langkah tepat untuk mensikapi realitas India yang mayoritas umat Hindu.
Sher Shah sebagai pemimpin mampu membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi siapa saja. Seluruh kebijakannya, selalu mendasarkan kemashlahatan dan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya. Kemajuan yang pesat, dan semua kebijakan Sher Shah ini meninggalkan kesan kehebatan, kemegahan, dan kemuliaan dalam mewujudkan kebudayaan spektakuler di India.[15]
Penelitian ini membahas bagaimana reformasi pemerintahan yang dilakukan Sher Shah berikut hasil-hasil dari kebijakan tersebut. Reformasi Pemerintahan Sher Sher perlu dikaji dalam segala bidang, karena terbukti dengan kebijakan tersebut mampu membawa dinastinya menjadi salah satu peradaban terbesar pada zamannya. Kebijakan yang tidak hanya membawa kemegahan bagi dinasti yang dipimpinnya, tetapi bagi dinasti selanjutnya, bahkan kebijakan di India sampai saat ini, walaupun dalam perjalananya mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Kehebatan yang tidak hanya diakui oleh sejarawan Intelektual Muslim saja tetapi sejarawan di luar Islam.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pokok pembahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Sher Shah dengan reformasi pemerintahan yang dipimpinnya. Kajian terhadap kebijakan kenegaraan ini difokuskan pada konsep reformasi totalnya, menghasilkan suatu tatanan masyarakat madani yang belum pernah dicapai para pendahulunya di India. Sebagai kepala pemerintahan, ia mampu mengorganisir administrasi pemerintahan secara seimbang bagi kepentingan rakyat.
Penelitian ini menelusuri lebih dalam rangkaian konsep yang menjadi rencana dan aktifitas Sher Shah untuk mengembangkan kebijakan pemerintahannya tahun 1540-1545 M. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi India sebelum Sher Shah memerintah ?
2. Apa yang melatar belakangi Sher Shah menerapkan kebijakan reformasi totalnya ?
3. Bagaimana wujud reformasi dan kebijakan pemerintahan Sher Shah ?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan Pemerintahan Sher Shah terhadap negara, rakyat, dan peradaban yang dibangunnya.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Latar belakang Sher Shah Suri membawa pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pemerintahan di India.
2. Mengetahui kebijakan-kebijakan yang ditempuh Sher Shah Suri dalam menjalankan roda pemerintahannya.
3. Mengetahui perkembangan peradaban India, setelah dilakukannya kebijakan reformasi totalnya selama lima tahun Sher Shah Suri memerintah.
Kajian ini bermanfaat bagi kalangan para cendekiawan Islam khususnya, dan masyarakat Islam pada umumnya, yang dapat digunakan untuk :
1. Menambah khasanah keilmuan Islam mengenai sistem pemerintahan Sher Shah dalam teks Indonesia.
2. Mempermudah kalangan ilmuwan sejarah dan intelektual pada umumnya menemukan literatur pemerintahan Sher Shah yang disajikan dalam teks bahasa Indonesia secara menyeluruh.
3. Menambah bukti sejarah bahwasannya Islam tidak disebarkan hanya dengan kekerasan seperti dalam Pemerintahan Sher Shah pada masa abad pertengahan.
4. Menambah arsip dan data sejarah tentang Pemerintahan Sher Shah dalam teks bahasa Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi kajian selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
Peradaban yang berhasil dibangun Sher Shah terhadap dinasti yang dipimpinnya, merupakan prestasi yang gemilang pada zamannya. Konsep pemerintahannya ini mampu menunjukkan kebesaran dan kemegahan dinastinya, secara totalitas, baik dari kondisi rakyatnya yang plural, maupun kebijakan pemerintahannya.
Gaya kepemimpinan yang kharismatik menggugah peneliti untuk lebih dalam mengungkap gagasan reformasinya. Kajian ini diharapkan mampu menjawab fenomena pemerintahan yang muncul saat ini. Ada beberapa buku literatur Inggris yang membahas sejarah pemerintahan Sher Shah, akan tetapi tidak membahas secara komprehensif (menyeluruh ) dan tersendiri.
Buku karangan Nirod Bhusan Roy, The Successors of Sher Shah, terbitan Dacca, Alexandra Press, memaparkan pemerintahan Sher Shah dan penerusnya. Akan tetapi didalamnya lebih banyak menjelaskan para penerus Sher Shah daripada pemerintahan yang berhasil dibangunnya.
K. Ali, History of India , Pakistan, and Bangladesh, yang diterbitkan oleh Ali Publication, menguraikan perebutan kekuasaan antara Humayun dengan Sher Shah, hingga kembalinya Humayun berkuasa, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya dengan kejayaan Mughal.
Selanjutnya karya Mahomed Kasim Feristha, Tarikhe- Feristha, terjemahan John Bringgs History of the Rise of the Mahomedan in India till the Year A.D 1612, yang diterbitkan oleh Oriental Reprint Coorporation. Buku ini menggambarkan kronologi hidup Sher Shah sejak terjadinya konflik dengan keluarganya hingga menuju awal karir sebagai penguasa. Buku ini menceritakan secara detail asal usul pribadi Sher Shah sebagai seorang yang luar biasa kecerdasannya dan bakat kepemimpinnannya, akan tetapi tidak mampu dipertahankan generasi penerusnya.
H.M Elliot dalam karyanya, The History of India as Told by Its Own Historians Vol. IV, yang diterbitkan oleh Trubner and Co, London. Buku ini menjelaskan asal usul, awal karir, hingga pertempuran dalam menguasai kota-kota penting di India, hingga menjadi sultan. Akan tetapi dalam buku ini tidak dijelaskan kebijakan pembaharuan yang dilakukan Sher Shah, kelebihannya dalam buku ini disertai penjelasan sejarawan lain untuk menguatkan fakta.
Tabaqat-e-Akbari buku karya Khwajah Nizamuddin Ahmad, terjemahan Brajendra Nath De, diterbitkan oleh Low Price Publication, Delhi. Dalam satu babnya mengambarkan secara jelas dan detail mengenai asal usul latar belakang lembaga-lembaga yang berhasil dibangun Sher Shah. Kelebihan buku ini dibanding referensi lainnya adalah adanya perbandingan pendapat antara sejarawan India asli dengan yang lainnya berikut argumentasi dalam catatan kakinya bahkan bibliografi dari sumber lain sehingga memudahkan peneliti menelusuri data selanjutnya.
Buku yang ditulis oleh Sayid Athar Abbas Rizvi, adalah Religious and Intelektual History of Muslim in Akbar's Reign, yang diterbitkan oleh Munshiram Manoharlal Publisher, PVT. LTD. Buku ini berisi mengenai aliran teologi dan pendidikan yang mempengaruhi kepibadian Sher Shah. Masih banyak literatur bahasa Inggris yang memuat sejarah Sher Shah, tetapi tidak disajikan secara tuntas dan menyeluruh dalam satu buku secara tersendiri, kebanyakan hanya merupakan satu bab saja.
Ada dua buah buku berbahasa Indonesia karya Sheikh Mohd Iqbal, Misi Islam, terjemahan Sumarno, diterbitkan oleh Gunung jati. Dalam buku ini memuat sedikit pendapat para ahli sejarah terhadap reputasi yang dibangun Sher Shah.
Selanjutnya karya Anwar Ahmad Qadri, Sebuah Potret Teori dan Praktek Keadilan dalam Sejarah Muslim, yang diterbitkan oleh Rosdakarya.Buku ini menjelaskan lembaga admistrasi Sher Shah secara umum.
Karena beberapa buku dalam bahasa Indoneia sangat terbatas dalam membahas permasalahan ini, maka penulis memandang perlu mengadakan penelitian terhadap pembaharuan Sher Shah di India.
Karya ini jelas sangat berbeda dengan karya-karya yang ada sebelumnya. Di samping belum ada sebuah karya yang spesifik membahas kajian ini seperti Ali Sodikin, "Peradaban Islam Di Asia Selatan," dalam Siti Maryam dkk, SEjrah Peradaban Islam, Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern.Diterbitkan oleh Fakultas Adab dan LESFI, membicarakan Sher Shah hanya setengah alenia saja. Sedangkan dalam HAMKA, Sejarah Umat Islam III, hanya membahas sekitar satu alenia saja.
Selanjutnya dalam makalah M. Abdul Karim, Pembaharuan Sher Shah Suri (Telaah Historis Terhadap Sistem Pemerintahan 1540-1545 M), yang mendiskripsikan pemerintahan dan kebijakan Sher Shah, akan tetapi belum disertai analisis dengan menggunakan metode yang lebih mendalam terhadap pembaharuan Sher Shah.
E. Landasan Teori
Penelitian ini mendiskripsikan dan menganalisis proses pertumbuhan pemerintahan Sher Shah, serta pengaruhnya terhadap rakyat yang dipimpinnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah, yaitu suatu pendekatan untuk mencari penjelasan di masa lampau,[16] mencakup masa lebih kurang lima tahun, antara sekitar tahun 1540 M, sebagai awal tampuk kekuasaan, sampai tahun 1545 M, ketika Sher Shah meninggal sebagai tanda runtuhnya kejayaan dinasti yang dipimpinnya.
Dengan pendekatan sejarah ini, dapat menghasilkan sebuah penjelasan tentang berbagai hal mengenai perkembangan dan pengaruh kebijakan administrasi Sher Shah terhadap negaranya. Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan.[17] Pendekatan antropologis digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status, gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup, dan sebagainya.[18]
Peneliti menganggap reformasi pemerintahan Sher Shah sebagai fenomena politik. Dalam proses politik kepemimpinan merupakan faktor penentu dan senantiasa menjadi tolak ukur.[19] Tipe kepemimpinannya ini masuk dalam kategori legal kharismatik (Max Weber) yaitu otoritas yang diambil berdasarkan kharisma dan wibawa seseorang.[20] Hal ini terlihat dari kronologi awal memulai karir, hingga keberhasilannya memegang tampuk kekuasaan diperoleh dengan bakat dan kecerdasan yang dimiliki bukan dari turun temurun.
Dalam kajian ini perlu digambarkan dengan pendekatan behavioral, yakni analisis yang tidak hanya ditujukan kepada peristiwanya saja. Akan tetapi tertuju pada perilaku sejarah dalam kondisi nyata, serta sikap pelaku dalam menafsirkan situasi yang dihadapi. Penafsiran ini memunculkan kejadian yang menimbulkan konsekuensi dari tindakan pelaku sejarah.[21] Berkenaan dengan hal tersebut reaksi Sher Shah sebagai pemimpin menghasilkan sebuah interpretasi terhadap zamannya, sehingga memunculkan pembaharuan pemerintahan bagi negaranya.
Legitimasi kekuasaan Sher Shah yang diimplementasikan dalam kebijakan reformasi totalnya, tentu saja mempunyai tujuan tertentu terhadap negaranya, jika hal ini dilihat dari teori yang diungkapkan oleh Nicollo Machiavelli (1469-1527 ) dalam bukunya I’I Principle, bahwasannya seorang penguasa dalam suatu negara selain bertujuan untuk kekuasaan juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk kepentingan, kehormatan, dan kebahagiaan bangsanya.
Machiavelli tidak menyetujui kebudayan dan agama sebagai tujuan negara, karena semua itu akan melemahkan raja yang memerintah negaranya. Penguasa harus mempunyai sifat serigala, yaitu dapat mengetahui dan membongkar rahasia yang akan merobohkan negaranya, serta sifat singa, yaitu harus dapat menakhlukkan orang lain yang mau menggulingkan kekuasaannya.[22] Dengan kata lain sebuah negara akan lebih kuat dan maju , serta rakyat akan lebih bahagia apabila negara itu dipimpin oleh seorang singa daripada seratus tikus.
Selaras apa yang dikemukakan Machiavelli tersebut, sifat serigala diperlukan untuk menghadapi musuh-musuhnya, serta singa diperlukan untuk mengatur dan membangun rakyatnya yang labil. Perlakuan terhadap warga non muslim merupakan bukti nyata bahwa Sher Shah tidak mendasarkan kekuasaannya pada satu golongan tertentu.
Suatu peristiwa (moment) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik pasti akan menghadapi suatu tantangan. Tantangan ini yang dikatakan Arnold Toynbee sebagai challenge,[23] artinya pada saat pertama kali menjadi raja Sher Shah mendapatkan tantangan dari rakyatnya yang masih berada di bawah kekuasaan Humayun. Untuk menjawab tantangan tersebut, ia memunculkan respons (tanggapan), dengan membentuk good governance (tata pemerintahan yang baik) diawal pemerintahanya. Kondisi yang semula kacau menjadi aman, tentram, dan makmur. Respon (jawaban) yang tepat inilah membuat rakyat India dengan sendirinya berpihak, tunduk dan patuh dengan kepemimpinan Sher Shah.
F. Metode Penelitian
Penyusunan sejarah merupakan bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-peristiwa manusia yang telah terjadi pada masa lalu. Metode sejarah digunakan dalam rangka merekonstruksi masa lampau[24] dari fenomena yang diteliti. Karena penelitian ini adalah penelitian literatur, maka dalam rangka mengungkapkan kebijakan-kebijakan Sher Shah digunakan langkah sebagai berikut :
a. Langkah pertama, pengumpulan sumber (heuristik)[25] sebagai bahan baku untuk merekonstruksi fenomena sejarah yang menjadi fokus kajian ini. Pengumpulan data atau sumber dilakukan melalui kepustakaan (library research), yaitu dengan penelusuran bahan dokumen,[26] buku-buku, artikel, jurnal, majalah, makalah, dan katalog di beberapa perpustakaan serta mencatat sumber-sumber terkait yang digunakan dalam studi-studi sebelumnya.
b.Langkah kedua penelitian adalah secara verikatif (pengujian). Sumber-sumber itu kemudian diuji keaslian (otentitas) dan kesahihannya (kredibilitas),[27] melalui kritik ekstern dan intern sumber, dengan menguraikan dan mengecek silang data-data (cross chek) yang ada dari berbagai sumber tersebut. Dari pengujian ini diambil data-data yang paling dapat dipercaya.
c. Langkah ketiga yaitu metode interpretasi (penafsiran), karena tanpa penafsiran data tidak dapat bicara. Interpretasi itu sendiri bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama teori disusunlah fakta itu dalam interpretasi yang menyeluruh secara obyektif.[28]
d. Sebagai langkah terakhir adalah historiografi. Historiografi merupakan penyusunan yang didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau.[29] Penyusunan ini selalu sfakta,[30] sehingga muncul hubungan rasional antara fakta-fakta yang ada, tersaji dengan utuh dan berkesinambungan kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri atas lima bab yang disusun secara sistematis untuk memperoleh pemahaman secara menyeluruh. Bab I, berisi pendahuluan merupakan pengantar dalam bab selanjutnya. Bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan sistematika pembahasan, yang dijadikan landasan bagi pembahasan selanjutnya.
Bab II, berisi gambaran umum mengenai latar belakang stuktur kehidupan masyarakat India setelah masuknya Islam hingga menjelang berdirinya pemerintahan Sher Shah. Bab ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kehidupan yang melatar belakangi berdirinya pemerintahan tersebut.
Bab III, mendiskripsikan berdirinya pemerintahan Dinasti Sur dengan menguraikan tentang asal-usul Sher Shah, awal karir hingga keberhasilannya memegang tampuk kekuasaan di India. Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum biografi Sher Shah latar belakang karirnya.
Bab IV, merupakan inti dari pembahasan, yakni mengenai kebijakan-kebijakan pembaruan Sher Shah, dengan menguraikan pokok-pokok kebijakan yang berhasil diwujudkan Sher Shah dalam melakukan reformasi pemerintahannya. Dalam bab ini terdapat penjelasan yang utuh mengenai reformasi yang dilakukan Sher Shah.
Bab V, menguraikan pengaruh reformasi Sher Shah terhadap kondisi pemerintahan di India dan masyarakat yang dipimpinnya, bahkan dampak lebih luas terhadap dunia luar. Bab ini membuktikan kehebatan reformasi Sher Shah yang diakui oleh para ahli sejarah kontemporer.
Bab VI adalah penutup, berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merangkum secara singkat berbagai hal penting yang merupakan jawaban dari permasalahan, sedangkan saran adalah hikmah yang dapat diambil dalam peristiwa ini agar dapat digunakan sebagai petunjuk bagi penguasa muslim, dan dorongan untuk dapat memunculkan penelitian yang lebih lengkap dan sempurna terhadap permasalahan ini.
[1] Pengertian India disini mencakup Negara India, Pakistan, Bangladesh, dan Kashmir sekarang. Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, terjemahan Nawawi Rambe (Jakarta: Widjaya, 1977), hlm. 221. Nama India berasal dari Bahasa Latin yang diambil dari nama sungai di Sanskrit Sindu. Thomas Keightley, A History of India : From The Earliest Time to The Present Day (London :Whittaker & Co.,1847), hlm. 1-2.
[2]Dengan penyerbuan ini daerah Sind dan Punjab menjadi wilayah Islam. Phillip K. Hitti, History of The Arabs (London : The MacMillan Press Ltd.,1974), hlm. 210-212. Sir William W. Hunter, A Brief History of the Indian People (Oxford : Claderon Press,1893), hlm. 109-111.
[3]H.M. Elliot, History of India as Told by Its Historian (London : Trubner & Co., 1869), hlm. 23-45.
[4]Iswari Prasad, A Short History of Muslim Rule In India (Allahabad : The Indian Press Ltd, 1936), hlm. 28-29.
[5]Tiga dinasti pertama berasal dari Bangsa Turki dan dua berikutnya dari Bangsa Afghan. R.C Majmudar et,all, An Advanced History of India (London: MacMillan & Co, 1953), hlm. 391., dan M. Abdul Karim, "Peradaban Islam di Anak Benua India" dalam Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta : Jurusan SPI dan LESFI, 2002), hlm.199.
[6]Dinasti ini sering disebut sebagai Dinasti Budak, Bosworth, The Islamic, hlm 211. Dinasti Mamluk, Ira M. Lapidus, A History of Muslim Societies, terjemahan Ghufron A.Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999). hlm.674., Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2001), .hlm. 78. Penyebutan ini sebenarnya tidak lazim karena sebelum Muhammad Ghuri meninggal, dia merdekakan (letter of manumission) panglima perangnya yang seorang budak bernama Quttbuddin Aibak, kemudian ia naik tahta karena Muhammad Ghuri tidak mempunyai seorang putera untuk meneruskan kekuasaanya. Karim, Peradaban, hlm.199. Bernard Lewis menyebutkan bahwa Ia membeli 100.000 dirham sebagai ganti rugi dari kemerdekaannya. Bernard Lewis, Islam From The Prophet Muhammad to The Capture of Constantinople II (Oxford: Oxford University Press, 1987), hlm. 254. Sama halnya Iltutmish (1211-1236 M), dan Ghiyasuddin Balban ( 1266-1286 M), jauh sebelum mereka berkuasa sudah dimerdekakan. Jadi, semua penguasa dari dinasti tersebut tidak ada yang budak. K.Ali, The History of India, Pakistan, and Bangladesh (Dhaka : Ali Publications, 1980), hlm. 45. CE Bosworth, The Islamic Dynasties ( Edinburg: Edinburg University Press Clark Constanble Ltd, 1967), hlm. 189.
[7] Mary Louise Clifford, Potraits of The Nations Series (New York: JB. Lippincott Company, 1962), hlm.103.
[8]Nama aslinya adalah Zahir al-Din Muhammad, terkenal dengan nama Babur. Ia dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1483 M di Farghana, Persia (daerah Afghanistan sekarang).Ia merupakan keturunan kelima dari Timur Lank. Di pihak ibunya dihubungkan dengan Jeghis Khan, bangsa Mongol. Ayahnya, Sultan Umar Syeh Mirza meninggal dunia pada saat ia berumur 12 tahun dan meninggalkan kerajaan kecil untuknya di Farghana. Pada tahun 1498 M negeri ini lepas dari tangannya karena direbut oleh saudara sepupunya Ali dan saudara kandungnya Jahangir. Karena semua harapannya telah hilang, dia meninggalkan tanah airnya dan mengadu nasib diseberang deretan pegunungan Hindukush pada tahun 1502 M. Dalam pengembaraan ini, karena mendapatkan bantuan dari raja Khurasan, ia dengan gagah berani menyeberangi pegunungan Hindukush, menduduki Kabul dan Ghazni pada tahun 1504 M. Dia menjadikan Kabul sebagai pusat kerajaan pada tahun 1504-1526 M. Setelah kemenangannya melawan Dinasti Lodi 1526 M, dia memindahkan pusat kerajaan ke Delhi. Sir George Dunbar, History of India From Earliest Times To The Present Day (London : Ivol Nicolsory and Watson Limitted, 1936), hlm. 163-166., dan Phillip K. Hitti, History of The Arabs ( London: MacMillan Press LTD, 1974) , hlm. 210-212. Ali Sodikin, " Peradaban Islam di Asia Selatan dan Imperialisme Barat " dalam Siti Maryam, dkk, Sejarah Perdaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern (Jogjakarta: Fakultas Adab & LESFI, 2002), hlm. 216.
[9]H. G. Rawlinson, India A Short Cultural History (New York : Frederick A Praeger, 1952), hlm.292. Umar Assasuddin Sokkah, Din Illahi : Kontroversi Keragaman Keagamaan Akbar (India 1560-1605) (Yogyakarta : Ittaqa Press, 1994), hlm. 6.
[10] Sayyid Athar Abbas Rizvi, Religious and Intellectual History of The Muslim in Akbar's Reign (New Delhi : Munshiram Manoharlal, 1975), hlm.51.
[11]Mahomed Kasim Ferishta, Tarikh-e-Ferishta , terjemahan : John Briggs, History of the Rise of the Mahomedan Power in India till the Year A.D. 1612I ( New Delhi : Oriental Book Reprint Coorporation, 1981 ), hlm. 76-78.
[12]M. Mujeeb, The Indian Muslims (New Delhi : Munshiram Manoharlal Publisher PVT. Ltd, 1985 ), hlm. 37-40.
[13]K.Ali, History, hlm. 260. Anwar Ahmad Qadri, Sebuah Potret: Teori dan Praktek Keadilan dalam Sejarah Pemerintahan Muslim (Jogjakarta: PL2M, 1987), hlm. 91.
[14]Rizvi, Religous , hlm. 204.
[15]John Murry, History of India and Mahomedan Periods IV (London: Hon Mounstuart Elphinstone, 1857), hlm. 396.
[16]Winarno Surachmad, Dasar Dan Tehnik Research (Bandung : CV Transito, 1975 ), hlm.123. Bandingkan dengan Louis Gottchalk, terjemahan: Nugroho Noto Susanto, Mengerti Sejarah (Jakarta : UI Press, 1969), hlm. 32.
[17]Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm.4.
[18]Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah ( Jakarta : Logos, 1999 ), hlm.14.
[19]Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1994 ), hlm.126.
[20]Sartono Kartodirjo, Pendekatan,hlm. 148-152.
[21]Jr. Robert F. Berkofer, A Behavioral Approach To Historical Analysis ( New York : The Free Press, 1971 ), hlm. 67-73., dan Miriam Budiharjo, Pendekatan-pendekatan dalam Ilmu Politik, dalam Jurnal Ilmu Politik (Jakarta: Jurnal Ilmu Politik, 2001) , hlm. 5.
[22]Y. M. Ryni Sulastri, Tata Negara (Yogyakarta : Muria Baru, 1996 ), hlm.12.
[23]Arnold Toynbee, A Studi of History (London : Oxford University Press, 1956), hlm. 271
[24]Hugiono & Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hlm. 25.
[25]Taufik Abdullah dan Abdurrachman Suripmiharjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. xv.
[26]Mengenai metode dokumenter ini lihat T. Ibrahim Alfian, " Disiplin Sejarah dalam Merekonstruksi Masa Lampau Untuk Menyongsong Masa Depan," (Lokakarya Nasional Pengajaran Sejarah Arsitektrur ke-4, Yogyakarta, 22-23 April 1999), hlm. 20, dan Hugiono & Poerwantara, Pengantar, hlm.25. Koentjaranigrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Gramedia, 1989), hlm 45. Kuntowijoyo, Pengantar, hlm. 44-45.
[27]Abdurrahman, Metode,hlm. 93.
[28]T. Ibrahim Alfian, "Bunga Rampai Metodologi Penelitian Sejarah," dalam, Dudung Abdurrahman, Metode, hlm. 64.
[29]Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 5.
[30]Taufik Abdullah, Ilmu, hlm. xv.